Pengukuran Stunting

Niki Salamah

Pengukuran Stunting
Pengukuran Stunting

Pendahuluan:
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak-anak yang terjadi akibat kekurangan gizi kronis dan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tidak memadai. Hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan anak terhambat secara fisik dan kognitif. Untuk mengukur stunting, terdapat beberapa metode yang digunakan secara umum untuk menentukan status pertumbuhan anak.

1. Kriteria Pengukuran Stunting

Pengukuran stunting dilakukan dengan menggunakan kriteria penilaian berdasarkan parameter antropometri atau ukuran tubuh anak. Beberapa kriteria yang umum digunakan adalah:

  • Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U): Mengukur tinggi badan anak dan membandingkannya dengan standar tinggi badan yang sesuai dengan usia anak.
  • Berat Badan Menurut Umur (BB/U): Mengukur berat badan anak dan membandingkannya dengan standar berat badan yang sesuai dengan usia anak.
  • Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk Usia (IMT/U): Mengukur indeks massa tubuh anak dan membandingkannya dengan standar indeks massa tubuh yang sesuai dengan usia anak.

2. Menggunakan Standar Pertumbuhan WHO

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyediakan standar pertumbuhan global untuk menilai status pertumbuhan anak. Standar ini didasarkan pada data dari populasi anak yang cukup dan representatif. Standar ini dikembangkan untuk mengukur stunting dan masalah pertumbuhan lainnya.

Pengukuran stunting menggunakan standar pertumbuhan WHO memungkinkan penilaian yang akurat dan membandingkan hasil dengan populasi anak yang lebih luas. Berdasarkan kriteria standar pertumbuhan WHO, anak diklasifikasikan sebagai stunting jika memiliki nilai z-score kurang dari -2.

3. Prosedur Pengukuran

Prosedur pengukuran stunting secara umum melibatkan beberapa tahap, yaitu:

a. Persiapan:

  • Beberapa alat yang diperlukan dalam pengukuran stunting antara lain penggaris panjang, timbangan digital, dan pita ukur.
  • Pastikan anak dalam keadaan tenang dan nyaman sebelum dilakukan pengukuran.
BACA JUGA:   "Bhayangkara Pontianak"

b. Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan:

  • Anak harus berdiri tegak dan tanpa alas kaki.
  • Gunakan penggaris panjang untuk mengukur tinggi badan dari ujung kepala hingga tumit.
  • Gunakan timbangan digital untuk mengukur berat badan anak.

c. Perhitungan dan Interpretasi Hasil:

  • Gunakan data tinggi badan dan berat badan untuk menghitung nilai z-score menggunakan perangkat lunak atau kalkulator yang sesuai.
  • Jika nilai z-score kurang dari -2, maka anak diklasifikasikan sebagai stunting.

4. Interpretasi Hasil Pengukuran

Interpretasi hasil pengukuran stunting perlu memperhatikan faktor usia dan jenis kelamin anak. Beberapa kategori penilaian yang umum digunakan adalah:

  • Tidak Stunting (Normal): jika nilai z-score berada di atas -2, artinya anak memiliki pertumbuhan yang normal sesuai dengan usia dan jenis kelamin.
  • Mengalami Stunting: jika nilai z-score berada di bawah -2, artinya anak mengalami stunting dan perlu intervensi gizi serta perawatan kesehatan yang tepat.

Kesimpulan:

Pengukuran stunting dilakukan dengan menggunakan kriteria antropometri seperti TB/U, BB/U, dan IMT/U. Standar pertumbuhan WHO digunakan sebagai acuan untuk mengevaluasi status pertumbuhan anak. Pengukuran ini harus dilakukan dengan prosedur yang tepat dan hasilnya harus diinterpretasikan dengan mempertimbangkan faktor usia dan jenis kelamin anak. Penting untuk mengidentifikasi stunting sedini mungkin guna memberikan intervensi dan perawatan yang dibutuhkan bagi anak yang mengalami kondisi ini.

Also Read

Bagikan: