Mengapa Kalau Ada yang Meninggal Tidak Boleh Keramas

Niki Salamah

Mengapa Kalau Ada yang Meninggal Tidak Boleh Keramas
Mengapa Kalau Ada yang Meninggal Tidak Boleh Keramas

Salah satu kepercayaan atau kebiasaan yang ada di beberapa budaya adalah larangan untuk keramas ketika ada yang meninggal. Meskipun praktek ini bervariasi di berbagai budaya, alasan utama di balik larangan ini biasanya terkait dengan aspek spiritual dan kebersihan.

Aspek Spiritual

Dalam beberapa budaya, kematian dianggap sebagai peristiwa sakral yang terkait dengan dunia roh atau alam gaib. Keramas setelah seseorang meninggal dapat dianggap sebagai tindakan yang tidak sopan atau menyinggung para roh yang menjadi bagian dari dunia lain. Mereka percaya bahwa melakukan keramas dapat mengganggu atau mengganggu roh-roh yang ada di sekitar.

Kepercayaan ini mungkin berasal dari keyakinan bahwa air adalah elemen penting dalam upacara pemakaman dan pembersihan spiritual. Kegunaan air selama upacara pemakaman bisa berbeda di setiap budaya, namun semuanya berkaitan erat dengan spiritualitas dan penghormatan terhadap roh-roh.

Selain itu, ada juga pandangan yang menghubungkan keramas dengan "membersihkan" diri seseorang secara fisik dan spiritual. Dalam konteks kematian, orang yang meninggal dipercaya telah meninggalkan dunia fisik dan harus dihormati dengan cara tidak mengganggu "pembersihan" spiritualnya dengan keramas.

Aspek Kebersihan

Di beberapa budaya, larangan untuk keramas setelah kematian juga terkait dengan aspek kebersihan. Ketika seseorang meninggal, tubuhnya dianggap meninggalkan sisa-sisa yang dapat ditularkan penyakit atau energi negatif. Dalam pandangan ini, keramas dianggap seperti "membersihkan" atau menyebarkan potensi penyakit atau energi negatif tersebut.

Ada keyakinan bahwa darah, air mata, keringat, atau cairan tubuh lainnya dari orang yang telah meninggal dapat mengandung "polutan" atau zat yang tidak diinginkan. Jika orang yang masih hidup keramas setelah bersentuhan dengan cairan ini, dipercaya bahwa mereka dapat membawa polutan tersebut ke dalam tubuh mereka sendiri atau menyebarkannya kepada orang lain.

BACA JUGA:   Pupil Mata Kucing

Faktor Praktis

Selain alasan spiritual dan kebersihan, ada juga faktor praktis yang mungkin mempengaruhi larangan keramas setelah kematian. Setelah seseorang meninggal, biasanya ada beberapa tugas penting yang harus dilakukan, seperti merawat jenazah, mengatur pemakaman, atau melakukan upacara dan ritual terkait lainnya. Larangan keramas bisa ditujukan untuk membantu menjaga konsentrasi dan fokus pada tugas-tugas ini, bukan hanya untuk alasan spiritual atau kebersihan semata.

Namun, penting untuk dicatat bahwa larangan keramas setelah kematian tidak ada di semua budaya atau agama. Setiap budaya atau kelompok memiliki keyakinan dan tradisi sendiri yang dapat mempengaruhi pandangan mereka terhadap tindakan tersebut. Ada kepercayaan lain yang mengizinkan keramas setelah ada yang meninggal, atau mungkin tidak memandangnya sebagai masalah sama sekali.

Dalam kesimpulannya, larangan keramas setelah kematian memiliki akar yang dalam dalam aspek spiritual dan kebersihan. Keyakinan ini berdasarkan pandangan tentang kematian sebagai peristiwa sakral dan perlunya menghormati roh-roh yang ada di sekitar kita. Meskipun ada faktor praktis yang mungkin mempengaruhi larangan ini, alasan spiritual dan kebersihan biasanya menjadi faktor yang paling dominan dalam menghormati dan menjaga integritas dari peristiwa meninggal tersebut.

Also Read

Bagikan: