Lokasi persis pusat kerajaan Majapahit hingga kini masih menjadi perdebatan akademis yang menarik. Tidak ada penemuan prasasti atau bukti arkeologis yang secara gamblang menunjuk satu titik geografis sebagai ibukotanya. Namun, berdasarkan berbagai sumber sejarah, seperti Kitab Pararaton, Nagarakertagama, dan berbagai temuan arkeologi, kita dapat menelusuri kemungkinan lokasi dan melukiskan gambaran luas wilayah kekuasaan kerajaan maritim yang perkasa ini.
1. Interpretasi Teks dan Perkiraan Lokasi Ibukota
Sumber utama kita dalam memahami lokasi Majapahit adalah kitab Pararaton dan Nagarakertagama. Pararaton, meskipun dianggap kurang akurat secara historiografis, menyebut beberapa nama tempat yang relevan, termasuk "Wringin Sawah" dan "Kahuripan". Nagarakertagama, syair puitis yang ditulis pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, memberikan deskripsi lebih detail tentang ibukota dan wilayah kekuasaan Majapahit. Namun, deskripsi ini bersifat puitis dan simbolis, bukan deskripsi geografis yang presisi.
Banyak sejarawan berpendapat bahwa "Wringin Sawah" yang disebut dalam Pararaton dan yang menjadi asal mula berdirinya Majapahit berada di daerah dekat Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Trowulan sendiri menyimpan banyak reruntuhan bangunan monumental yang menunjukkan adanya permukiman besar dan kompleksitas pemerintahan yang tinggi. Temuan arkeologis di Trowulan, seperti candi, bangunan bata, sistem irigasi yang canggih, dan artefak lain mendukung teori ini.
Namun, perlu diingat bahwa "ibukota" Majapahit mungkin bukan hanya satu titik geografis tunggal. Mungkin saja ada pusat pemerintahan utama di Trowulan, sementara istana-istana lain atau pusat-pusat administrasi tersebar di berbagai lokasi strategis di wilayah kekuasaannya. Ini adalah hal umum dalam kerajaan-kerajaan besar di masa lalu.
2. Trowulan: Pusat Pemerintahan dan Bukti Arkeologis
Trowulan, yang terletak di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, merupakan lokasi yang paling banyak disepakati sebagai pusat pemerintahan Majapahit. Luasnya mencapai sekitar 1.000 hektar, dipenuhi dengan reruntuhan bangunan megah seperti Punden Berundak, Candi Tikus, Candi Brahu, dan berbagai struktur lain yang menunjukkan kompleksitas perencanaan kota dan arsitektur tingkat tinggi.
Temuan arkeologis di Trowulan, seperti tembikar, perhiasan, alat-alat pertukangan, dan struktur bangunan yang terawat dengan baik, memberi gambaran tentang kehidupan masyarakat Majapahit, tingkat perkembangan teknologi, dan sistem sosial ekonomi mereka. Bukti-bukti ini menguatkan argumen bahwa Trowulan merupakan pusat pemerintahan yang penting dan menunjukkan tingkat kemajuan peradaban kerajaan Majapahit. Namun, penelitian arkeologis terus berlanjut untuk mengungkap lebih banyak detail mengenai fungsi dan peran masing-masing struktur di Trowulan.
3. Ekspansi Wilayah dan Pengaruh Majapahit
Wilayah kekuasaan Majapahit jauh melampaui Trowulan. Nagarakertagama melukiskan sebuah kerajaan yang luas dan berpengaruh, mencakup sebagian besar Jawa, Bali, dan beberapa wilayah di Sumatra, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. Kekuasaan Majapahit tidak hanya bersifat teritorial, tetapi juga mencakup pengaruh politik, ekonomi, dan budaya yang signifikan di wilayah Nusantara.
Pengaruh Majapahit ditandai oleh penyebaran budaya Jawa, perdagangan rempah-rempah yang makmur, dan sistem pemerintahan yang terstruktur. Keberadaan prasasti-prasasti dan artefak Majapahit di berbagai lokasi di Nusantara menjadi bukti nyata ekspansi dan pengaruhnya yang luas. Namun, pengaruh ini tidak merata. Beberapa wilayah mungkin berada di bawah kendali langsung Majapahit, sementara yang lain hanya sebagai daerah bawahan atau tributari.
4. Peran Pelabuhan dan Jalur Perdagangan Maritim
Sebagai kerajaan maritim yang besar, Majapahit memiliki sejumlah pelabuhan penting yang berperan vital dalam perdagangan regional dan internasional. Pelabuhan-pelabuhan ini berfungsi sebagai pusat perdagangan, tempat berlabuhnya kapal-kapal dari berbagai wilayah, dan pintu gerbang masuk dan keluarnya barang-barang dagangan. Pelabuhan-pelabuhan ini tersebar di sepanjang pantai Jawa dan pulau-pulau sekitarnya.
Aktivitas pelabuhan ini mendukung kemakmuran ekonomi Majapahit. Rempah-rempah, hasil pertanian, tekstil, dan logam menjadi komoditas utama yang diperdagangkan. Konektivitas maritim Majapahit menghubungkannya dengan jaringan perdagangan regional dan internasional, memberikan akses terhadap berbagai sumber daya dan memperluas pengaruh politiknya. Sayangnya, lokasi pasti dan detail mengenai aktivitas pelabuhan-pelabuhan utama Majapahit masih perlu diteliti lebih lanjut.
5. Tantangan dalam Menentukan Batas Wilayah Secara Presisi
Menentukan batas wilayah kerajaan Majapahit secara presisi adalah tantangan besar. Sumber sejarah yang ada memberikan gambaran yang agak umum dan seringkali bersifat puitis. Tidak ada peta yang dibuat pada masa Majapahit yang menggambarkan batas wilayah secara detail. Oleh karena itu, para sejarawan mengandalkan berbagai sumber, seperti prasasti, cerita rakyat, dan temuan arkeologis untuk merekonstruksi gambaran luasnya.
Pengaruh Majapahit juga bersifat dinamis. Wilayah kekuasaannya bisa meluas dan menyusut tergantung situasi politik dan kekuatan militer. Faktor-faktor seperti pemberontakan, perubahan dinasti, dan persaingan dengan kerajaan lain mempengaruhi batas wilayah kerajaan. Oleh karena itu, merupakan hal yang penting untuk memahami bahwa batas wilayah Majapahit bukanlah hal yang statis, tetapi berubah sepanjang sejarah kerajaan.
6. Penelitian Terkini dan Prospek Penelitian Mendatang
Penelitian tentang Majapahit terus berkembang. Para arkeolog, sejarawan, dan ahli lainnya terus melakukan penggalian dan analisis terhadap berbagai temuan untuk mengungkap lebih banyak detail mengenai lokasi, luas wilayah, dan sejarah kerajaan ini. Penggunaan teknologi mutakhir, seperti penginderaan jauh dan analisis data spasial, berpotensi memberikan wawasan baru dalam memahami wilayah kerajaan Majapahit.
Penelitian di masa depan perlu fokus pada: (1) Penelitian arkeologis yang lebih intensif di Trowulan dan daerah sekitarnya untuk mengungkap fungsi dan peran berbagai struktur; (2) Analisis kritis terhadap sumber sejarah yang ada, termasuk kitab Pararaton dan Nagarakertagama, untuk mencocokkan informasi teks dengan data arkeologis; dan (3) Integrasi berbagai data dan metode penelitian untuk menghasilkan pemahaman yang komprehensif tentang lokasi dan luas wilayah kerajaan Majapahit. Dengan upaya kolaboratif, kita dapat semakin mendekati gambaran yang lebih akurat mengenai kerajaan maritim yang berpengaruh ini.