Klasifikasi Stunting

Niki Salamah

Klasifikasi Stunting
Klasifikasi Stunting

Stunting, atau kekerdilan, merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak yang ditandai dengan tinggi badan yang tidak sesuai dengan umur dan jenis kelamin mereka. Stunting biasanya terjadi pada periode pertumbuhan yang penting, yaitu antara usia 0 hingga 5 tahun. Kondisi ini dapat berdampak buruk pada kesehatan dan perkembangan anak, baik secara fisik maupun mental.

Pendahuluan

Stunting dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya asupan nutrisi yang memadai, infeksi berulang, sanitasi yang buruk, serta faktor sosial dan ekonomi. Untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan tingkat keparahan stunting, digunakan beberapa metode klasifikasi yang telah dikembangkan.

Klasifikasi Stunting

Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Kekerdilan

Klasifikasi stunting berdasarkan tingkat kekerdilan biasanya didasarkan pada perbandingan tinggi badan anak dengan ukuran standar yang sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya. Salah satu metode klasifikasi yang umum digunakan adalah menggunakan z-score, yang adalah standar deviasi dari rata-rata tinggi badan anak dalam populasi referensi yang sejenis.

Dalam metode ini, digunakan kurva pertumbuhan atau tabel tertentu, seperti Peringkat Z Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), Program Gizi Dunia (WHO), atau Badan Statistik Kesehatan Nasional Indonesia. Anak dengan z-score kurang dari -2 SD (standard deviasi) dianggap mengalami stunting atau kekerdilan.

Klasifikasi Berdasarkan Penyebab Stunting

Selain klasifikasi berdasarkan tingkat kekerdilan, stunting juga dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya. Hal ini dapat membantu dalam penentuan strategi intervensi dan pengobatan yang tepat. Beberapa klasifikasi berdasarkan penyebab stunting antara lain:

  1. Stunting Akibat Kurang Gizi Kronis: Merupakan jenis stunting yang disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi dalam jangka waktu yang lama. Hal ini terjadi pada anak-anak yang menderita kekurangan gizi seperti protein, zat besi, vitamin A, atau seng.

  2. Stunting Akibat Faktor Infeksi: Infeksi berulang seperti diare, infeksi saluran pernapasan, dan penyakit menular lainnya dapat menyebabkan stunting pada anak. Faktor-faktor ini mengganggu penyerapan makanan, merusak sistem pencernaan, serta menghambat perkembangan dan pertumbuhan anak.

  3. Stunting Akibat Faktor Lingkungan: Faktor lingkungan yang buruk, seperti sanitasi yang tidak memadai, akses air bersih yang terbatas, atau polusi udara, dapat berkontribusi terhadap stunting. Lingkungan yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko infeksi dan mempengaruhi penyerapan nutrisi anak.

  4. Stunting Akibat Faktor Sosial dan Ekonomi: Kondisi sosial dan ekonomi yang buruk, seperti kemiskinan, pendidikan rendah, dan ketidakstabilan keluarga, juga dapat berperan dalam terjadinya stunting. Hal ini biasanya terkait dengan keterbatasan akses terhadap makanan bergizi, perawatan kesehatan yang memadai, dan stimulasi yang diperlukan untuk perkembangan anak.

BACA JUGA:   Puskesmas Pasar Rebo: Jantung Kesehatan Komunitas Jakarta Timur

Kesimpulan

Dalam klasifikasi stunting, perlu diidentifikasi tingkat kekerdilan anak berdasarkan ukuran tinggi badan yang sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya. Selain itu, penting juga untuk mengidentifikasi penyebab stunting agar langkah intervensi yang tepat dapat diambil. Klasifikasi ini membantu dalam penentuan strategi pencegahan dan pengobatan yang efektif guna mengatasi stunting pada anak-anak dan mencegah dampak buruknya pada kesehatan dan perkembangan mereka.

Also Read

Bagikan: