Dahulu kala, di sebuah desa kecil di pinggiran pegunungan, tinggallah seorang wanita tua bernama Nenek Fatimah. Nenek Fatimah adalah wanita yang sangat salehah dan baik hati, namun sayangnya dia gemar mengumpat dan bersama tetangga-tetangganya sering terlibat dalam sesi ghibah. Ghibah adalah suatu tindakan mengumpat atau membicarakan orang lain dengan istilah-istilah yang tidak baik.
Sesampainya di surga, Nenek Fatimah sangat terkejut dengan perlakuannya di sana. Bagaimana mungkin dia dapat masuk surga dengan amalan-amalannya yang baik, sementara dia sering terlibat dalam ghibah? Nenek Fatimah merasa sangat menyesal dan berusaha mencari jalan untuk memperbaiki keadaan.
Suatu hari, dia bertemu dengan Malaikat Jibril dan bercerita mengenai masalahnya. Malaikat Jibril dengan lembut memberi saran kepadanya, "Nenek Fatimah, jika kamu ingin menghapus dosa ghibahmu, ada satu hal yang harus kamu lakukan. Setiap kali kamu merasa ingin mengumpat atau berbicara buruk tentang seseorang, gantilah kata-kata negatif itu dengan pujian atau doa untuk orang tersebut."
Nenek Fatimah sangat berterima kasih atas saran Malaikat Jibril. Mulai saat itu, jika dia merasakan godaan untuk mengumpat atau berbicara buruk tentang seseorang, dia mengubah kata-kata itu menjadi pujian atau doa. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan lagi terlibat dalam ghibah.
Saat Nenek Fatimah mulai menerapkan saran Malaikat Jibril dalam kehidupan sehari-harinya, dia merasakan perubahan yang besar. Tetangganya yang sebelumnya ia ghibah selalu hadir dengan senyum di wajah mereka dan sikap yang baik. Mereka juga mulai memperlakukan Nenek Fatimah dengan penuh kasih sayang.
Setelah beberapa tahun berlalu, Nenek Fatimah berpulang ke hadirat Illahi. Dia sangat bahagia karena mampu memperbaiki perilakunya dan menghilangkan dosa ghibah yang pernah dia lakukan. Ketika dia tiba di surga, Allah menerimanya dengan tangan terbuka.
"Allah mendengar setiap kata yang keluar dari mulutmu, Nenek Fatimah. Namun, kamu telah belajar dari kesalahanmu," kata Allah dengan penuh kasih sayang.
Cerita ini mengajarkan kepada kita betapa berbahayanya ghibah. Meski kita dapat melakukan amal baik dan beribadah dengan sungguh-sungguh, tetapi ghibah dapat merusak semua yang sudah kita bangun. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam perkataan kita dan berusaha mengambil cara yang lebih baik dalam berkomunikasi.
Ingatlah bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan, dan tidak ada manfaatnya bagi kita untuk membicarakan keburukan orang lain. Sebagai gantinya, marilah kita berusaha melihat kebaikan dan memberikan doa serta pujian untuk mereka. Dengan begitu, kita dapat menghindari ghibah dan memperbaiki diri kita dalam menjalin hubungan dengan sesama manusia.