Kesehatan ibu dan anak merupakan pilar penting pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memainkan peran krusial dalam menetapkan standar, memberikan panduan, dan memantau kemajuan global dalam bidang ini. WHO memandang kesehatan ibu dan anak bukan hanya sebagai ketiadaan penyakit, tetapi sebagai kondisi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang optimal di sepanjang siklus hidup, mulai dari masa prakonsepsi hingga masa kanak-kanak. Pandangan komprehensif ini mencakup berbagai aspek, dari akses layanan kesehatan yang berkualitas hingga pemahaman faktor-faktor penentu sosial yang mempengaruhi kesehatan.
1. Kesehatan Maternal: Mengurangi Kematian Ibu dan Meningkatkan Kesejahteraan
WHO telah menetapkan target ambisius untuk mengurangi kematian ibu secara global. Kematian ibu merupakan indikator penting kualitas layanan kesehatan dan kesejahteraan perempuan. Faktor-faktor yang berkontribusi pada kematian ibu beragam, termasuk perdarahan pasca persalinan, infeksi, komplikasi hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia dan eklampsia), komplikasi persalinan, dan aborsi tidak aman. WHO bekerja sama dengan negara-negara anggota untuk memperkuat sistem kesehatan primer, meningkatkan akses ke perawatan antenatal, persalinan, dan postnatal yang berkualitas, serta memberikan pelatihan bagi tenaga kesehatan.
Strategi WHO menekankan pentingnya akses ke perawatan yang tepat waktu dan berkualitas, termasuk:
- Perawatan antenatal yang komprehensif: meliputi pemeriksaan kesehatan secara teratur, konseling gizi, imunisasi, deteksi dan pengelolaan komplikasi kehamilan.
- Persalinan yang dibantu tenaga kesehatan terlatih: mengurangi risiko komplikasi dan memastikan pertolongan yang tepat jika terjadi masalah.
- Perawatan postnatal yang memadai: meliputi kunjungan pasca persalinan untuk memantau kesehatan ibu dan bayi, konseling menyusui, dan deteksi dini masalah kesehatan.
- Akses ke kontrasepsi dan perencanaan keluarga: memberdayakan perempuan untuk merencanakan kehamilan dan jarak kehamilan yang aman.
- Pencegahan dan manajemen kekerasan terhadap perempuan: karena kekerasan dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan fisik dan mental perempuan, termasuk kesehatan reproduksinya.
WHO juga mempromosikan penggunaan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan maternal, seperti penggunaan telemedisin dan aplikasi mobile untuk memantau kesehatan ibu dan memberikan dukungan.
2. Kesehatan Neonatal: Menjaga Kehidupan Bayi Baru Lahir
Kesehatan neonatal mencakup periode kritis 28 hari pertama kehidupan bayi. Kematian neonatal merupakan penyebab utama kematian anak di bawah usia lima tahun. Faktor risiko utama kematian neonatal meliputi prematuritas, berat badan lahir rendah, asfiksia (kekurangan oksigen saat lahir), infeksi, dan hipotermia. WHO menekankan pentingnya praktik perawatan bayi baru lahir yang aman, termasuk:
- Inisiasi menyusui dini: memberikan kolostrum (air susu pertama) dalam satu jam pertama kehidupan untuk meningkatkan kekebalan dan mencegah infeksi.
- Praktik perawatan bayi yang bersih dan higienis: mengurangi risiko infeksi.
- Penggunaan metode kanguru: kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi untuk mengatur suhu tubuh dan meningkatkan ikatan.
- Deteksi dan manajemen dini komplikasi neonatal: seperti asfiksia, infeksi, dan hipotermia.
- Imunisasi: melindungi bayi dari penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi.
WHO bekerja sama dengan negara-negara anggota untuk membangun kapasitas layanan kesehatan neonatal, melatih tenaga kesehatan, dan menyediakan panduan klinis yang berbasis bukti.
3. Kesehatan Anak: Menuju Kehidupan yang Sehat dan Produktif
Kesehatan anak mencakup periode dari bayi hingga usia lima tahun. Selama periode ini, anak-anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, dan rentan terhadap berbagai penyakit. WHO menekankan pentingnya intervensi gizi, imunisasi, dan perawatan kesehatan dasar untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal. Strategi WHO mencakup:
- Nutrisi yang optimal: termasuk pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan, diikuti oleh pemberian makanan pendamping yang bergizi.
- Imunisasi lengkap: melindungi anak dari penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi.
- Perawatan kesehatan dasar yang komprehensif: meliputi perawatan penyakit umum, seperti diare, pneumonia, dan malaria.
- Deteksi dan manajemen dini masalah perkembangan: seperti stunting, wasting, dan underweight.
- Pendidikan kesehatan bagi orang tua dan masyarakat: untuk meningkatkan kesadaran akan praktik perawatan anak yang aman dan sehat.
WHO juga mempromosikan pendekatan multisektoral untuk meningkatkan kesehatan anak, yang melibatkan kerjasama antara sektor kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.
4. Faktor-Faktor Penentu Sosial Kesehatan Ibu dan Anak
WHO mengakui bahwa faktor-faktor sosial ekonomi, budaya, dan lingkungan memainkan peran penting dalam menentukan kesehatan ibu dan anak. Kemiskinan, kurangnya pendidikan, akses terbatas pada layanan kesehatan, diskriminasi gender, dan kurangnya sanitasi merupakan beberapa faktor yang berkontribusi pada angka kematian ibu dan anak yang tinggi. WHO bekerja untuk mengatasi faktor-faktor ini melalui:
- Advokasi kebijakan yang mendukung kesetaraan gender: memberdayakan perempuan untuk mengakses layanan kesehatan dan pendidikan.
- Intervensi untuk mengurangi kemiskinan: meningkatkan akses ke pekerjaan, makanan, dan perumahan yang layak.
- Peningkatan akses ke air bersih dan sanitasi: mengurangi risiko penyakit menular.
- Pengarusutamaan kesehatan dalam berbagai sektor: mengintegrasikan kesehatan dalam kebijakan pendidikan, pertanian, dan pembangunan ekonomi.
Memahami dan mengatasi faktor-faktor penentu sosial kesehatan merupakan kunci untuk mencapai kesetaraan kesehatan dan mengurangi ketidakadilan kesehatan.
5. Pemantauan dan Evaluasi: Mengukur Kemajuan dan Memandu Aksi
WHO secara rutin memantau dan mengevaluasi kemajuan global dalam kesehatan ibu dan anak. Data yang dikumpulkan digunakan untuk mengidentifikasi tren, tantangan, dan kesuksesan. Data ini digunakan untuk menginformasikan strategi dan intervensi, serta untuk memobilisasi sumber daya dan dukungan teknis bagi negara-negara anggota. WHO mengembangkan indikator dan alat-alat pemantauan untuk mengukur kemajuan menuju pencapaian target global, termasuk angka kematian ibu dan anak, cakupan imunisasi, dan prevalensi gizi buruk.
Sistem pemantauan yang kuat sangat penting untuk mengidentifikasi area yang membutuhkan intervensi yang ditargetkan dan untuk mengukur dampak dari intervensi yang dilakukan. Data yang dikumpulkan dan dianalisis juga bermanfaat untuk mempromosikan transparansi dan akuntabilitas dalam program-program kesehatan ibu dan anak.
6. Kolaborasi dan Kemitraan: Kerja Sama Global untuk Hasil yang Lebih Baik
WHO bekerja sama dengan berbagai mitra untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak, termasuk pemerintah, organisasi non-pemerintah, akademisi, dan sektor swasta. Kolaborasi ini sangat penting untuk berbagi pengetahuan, mengkoordinasikan upaya, dan memobilisasi sumber daya. WHO menyediakan dukungan teknis dan finansial bagi negara-negara anggota untuk memperkuat sistem kesehatan mereka dan mengimplementasikan program-program kesehatan ibu dan anak. Kemitraan global memungkinkan berbagi praktik terbaik, inovasi, dan pelajaran yang dipetik dari berbagai konteks. Dengan bekerja bersama, kita dapat mencapai kemajuan yang signifikan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak di seluruh dunia.